SAYYID AHMAD KHAN DAN GERAKAN ALIGARH

SAYYID AHMAD KHAN DAN GERAKAN ALIGARH


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
PPDI
Yang dibina oleh Bapak Drs. Isa Anshori, M.Ag.



OLEH:

MIFTACHUL MA’AYIS
N.I.M : 93111388
N.I.M.K.O : 93.4.58.0101.00294



SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
(STIT)
MASKUMAMBANG GRESIK



KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Allah SWT. semata yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “SAYYID AHMAD KHAN DAN GERAKAN ALIGARH”
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan juga ada kelemahan, kekurangan serta kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran-saran dan bimbingan untuk melakukan perbaikan. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis hususnya dan umumnya bagi para pembaca.



Penulis


BAB I
PENDAHULUAN



Selama dua atau dua setengah abad sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Ortodoksi Sunni mengalami proses kristalisasi setelah bergulat dengan aliran Mu’tazilah (rasionalisme dalam Islam), aliran Syi’ah, dan kelompok-kelompok Khowarij. Pergulatan ini sesungguhnya masih terus berlangsung sampai abad ke-13. dan kekuatan terbesar yang dihadapi oleh ortodok Sunni adalah Sufisme, yang pada tahapan lanjutan mengalami degenerasi. Degenerasi dan dekadensi aqidah ummat Islam di kala itu telah menimbulkan system politik yang sangat opresif, yang mengejawentah dalam bentuk kesultanan-kesultanannepotis dan absolutis serta kehidupan sosial yang bertentangan dengan semangat egalitarian seperti diajarkan Islam. Di sisi kenyataan merajalelanya bid’ah dan khurafat, fabrikasi dan superstisi dikalangan ummat telah membuat sebagian umat buta terhadap ajaran-ajaran Islam orisinal, yakni ajaran-ajaran yang tertera dalam Al Qur’an dan Sunnah yang sahih.
Dalam situasi ummat yang dekaden seperti itulah tampil seorang pembaharu Islam di India pada abad ke 17, dengan gerakan puritanismenya yang dipelopori oleh Syekh Ahmad Sirhindi, sebuah gerakan yang menyerang sufisme secara amat tajam. (Ra’is, A,M, Dr,1987:118-119).


BAB II
PEMBAHASAN


A.Mengenal Sayyid Ahmad Khan.
Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin ummat Islam India, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali sebagai dimasa lampau.
Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW. melalui Fathimah dan Ali. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar istana di masa Alamghir II (1754-1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama dan disamping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca dan banyak memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Setelah berusia delapan belas tahun ia masuk bekerja pada serikat India Timur. Kemudian ia bekerja pula sebagai hakim. Tetapi di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.
Dimasa pemberontakan 1857 ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan. Dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya, tetapi hadiah yang dianugerahkan kepadanya ia tolak. Gelar Sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat diterima. Hubungannya dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan ummat Islam India.

B.Sayyid Ahmad Khan dimata Para Ulama’ Makkah.
Ketika Inggris menginjakkan kakinya dan menancapkan benderanya di India, kemudian runtuhlah perbendaharaan Kerajaan Timur (diambil dari nama Timurlenk pendiri kedaulatan Mogul pada abad keenambelas Masehi). Yang menjadi tujuan mereka adalah untuk melemahkan aqidah ummat Islam dan agar mereka (ummat Islam) menganut paham orang-orang Inggris. Tujuan yang lain adalah untuk mempersempit kehidupan ummat Islam dengan mengadakan berbagai penekanan dan paksaan-paksaan. Dengan demikian maka ummat Islam tidak akan mengenal aqidah Islam yang sebenarnya dan akan melalaikan kewajibannya. Ketika para pemerintah lalim itu gagal memanfaatkan cara pertama, mereka mempergunakan cara yang kedua. Mereka mulai merencanakan untuk menghilangkan Agama Islam dari India, sebab mereka hanya takut menghadapi kaum muslimin yang kehilangan pemimpin dan hak-hak mereka.
Maka datanglah seorang bernama Ahmad Khan Bahadur (gelar bangsawan di India) mendekati penjajah Inggris untuk meraih keuntungan. Mulai dia melangkah untuk meninggalkan agamanya (Islam) dan menganut agama yang dipeluk oleh bangsa Inggris. Ia mulai menulis sebuah buku-buku dimana ia menyatakan bahwa Taurat dan Injil tidak pernah diubah-ubah oleh tangan manusia, untuk mendapatkan pangkat dari tangan penjajah. Orang Inggris tidak percaya kepadanya sehingga ia benar-benar menyatakan bahwa dirinya adalah “seorang Kristen”. Ia sadar bahwa usahanya yang hina ini sia-sia belaka dan ia tidak mampu mengubah agama penganut Islam kecuali beberapa orang saja. Maka ia memulai cara lain dalam pengabdiannya kepada pemerintah Inggris: dengan memecah belah persatuan ummat Islam. Ia memunculkan dirinya sebagai seorang naturalis ateis dan menyatakan bahwa tak ada sesuatu apapun kecuali alam (nature) dan bahwa ala mini tidak ada Tuhan yang menciptakan, Ia menyatakan bahwa semua nabi adalah naturalis, tidak percaya kepada Tuhan yang membuat undang-undang. Pemerintah Inggris merasa bahagia dengan usahanya itu, dan melihat bahwa cara tersebut adalah yang paling baik untuk merusak hati kaum Muslimin. Mereka menghormati dan menjunjung Ahmad Khan dan membantu dia untuk mendirikan sekolah di Alighar dengan nama sekolah “Muhammadiyin”, sebagai perangkap untuk menghimpun pemuda-pemuda Mu’min dan dididik menurut pemikiran Ahmad Khan Bahadur.
Ahmad Khan juga menulis sebuah tafsir Al Qur’an, dimana ia banyak mengubah maksud yang sebenarnya. Ia menerbitkan majalah bernama Tahdzibul-Akhlaq yang isinya hanya membingungkan pikiran kaum Muslimin dan memecah belah mereka serta menyalakan api permusuhan antara ummat Islam India dan yang lain, khususnya warga kerajaan Ottoman. Secara terus terang ia menghilangkan seluruh agama yang ada, namun pada hakekatnya agama Islam, Ia mengajak manusia untuk kembali ke “alam”, dengan alasan bahwa bangsa Eropa tidak akan maju peradabannya dan tidak akan memiliki ilmu pengetahuan, kerendahan hati dan kekuatan yang begitu tinggi kecuali dengan membuang agama dan kembali kepada maksud agama yang sebenarnya, yaitu menyelidiki nature (alam). Itulah pendapatnya.
Sistem penafsiran Ahmad Khan terhadap Al Qur’an didasarkan atas dasar nature (alam), yang menentang adanya Mu’jizat dan hal-hal yang ada diluar kebiasaan. Maka ia menyatakan bahwa “kenabian” adalah tujuan yang dapat diperoleh dengan jalan latihan jiwa (Riyadloh Nafsiyah), tujuan tersebut adalah alami dan manusiawi, dan caranya pun manusiawi tidak luar biasa. Namun demikian ia mengakui Muhammad sebagai penutup Risalah Ilahi.
Ketika menerangkan ayat tentang peperangan, ia melemahkan kewajiban jihad pada masa yang akan datang. Dan ayat yang berhubungan dengan Ahlul Kitab, ia tafsirkan bahwa tak ada jarak antara ahlul kitab dan ummat Islam. Ia mengajak kerja sama antara orang-orang Islam dan orang-orang Barat, ia mengajak kepada Humanisme Agama (yakni kemanusiaan yang dianjurkan oleh semua agama samawi). Dalam konsep tersebut tak ada perbedaan negara, bangsa, agama, dan paham. Dengan demikian Ahmad Khan memiliki jasa di bidang politik dan pendidikan disertai motivasi pembaharuan agama. (Al Bahiy, M, Dr. 1986:4-8).

C.Pokok-pokok pikiran Sayyid Ahmad Khan mengenai pembaharuan dalam Islam.
Meskipun Sayyid Ahmad Khan dihujat dan dicap kafir oleh para ulama’ Makkah, beliau tidak langsung putus asa dalam memperjuangkan pendapatnya, bahkan beliau tidak menggubrisnya. Sementara menurut cendekiawan muda Muslim India, beliau diagungkan karena memiliki ide-ide yang cemerlang untuk membangkitkan ummat Islam India dari keterpurukan.
Diantara ide-ide yang cemerlang itu adalah sebagai berikut:
1.Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan ummat Islam India, dapat diwujudkan dengan hanya bekerjasama dengan Inggris. Inggris telah merupakan penguasa terkuat di India, dan menentang kekuasaan itu tidak membawa kebaikan bagi ummat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India. Disamping itu dasar ketinggian dan kekuatan barat, termasuk didalamnya Inggris, ialah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk dapat maju, ummat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh ummat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang diperlukan itu bukanlah kerjasama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, ummat Islam tidak memainkan peranan utama. Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhadap Inggris Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merobah pandangan Ingris terhadap ummat Islam India. Dan sementara itu kepada ummat Islam ia anjurkan supaya jangan mengambil sikap melawan, tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan inggris. Cita citanya untuk menjalani hubungan baik antara inggris dan umat islam, agar demikian ummat islam dapat di tolong dari kemunduranya ,telah dapat di wujudkan di masa hidupnya.
2.Sayid Ahmad Khan melihat bahwa ummat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di barat. Dasar peradaban baru ini ialah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu akal mendapat penghargaan tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Tetapi sebagai orang Islam yang percaya kapada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak terbatas. Karena ia percaya pada kekuatan dan kebebasan akal, sungguhpun mempunyai batas, ia percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan melakukan perbuatan. Alam, demikian Sayyid Ahmad Khan selanjutnya, berjalan dan beredar sesuai dengan hukum alam yang telah ditentukan Tuhan itu. Segalanya dalam alam terjadi menurut hukum sebab akibat. Tetapi wujud semuanya tergantung pada sebab pertama (Tuhan). Kalau ada sesuatu yang putus hubungannya dengan sebab pertama, maka wujud sesuatu itu akan lenyap.
3.Sejalan dengan ide-ide diatas, ia menolak faham Taklid bahkan tidak segan-segan menyerang faham ini. Sumber ajaran Islam menurut pendapatnya hanyalah Al Qur’an dan Al Hadist. Pendapat ulama’ di masa lampau tidak mengikat bagi ummat Islam dan diantara pendapat mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman modern. Pendapat serupa itu dapat ditinggalkan. Masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan dan oleh karena itu perlu diadakan ijtihad baru untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam dengan suasana masyarakat yang berobah itu. Dalam mengadakan ijtihad, ijma’ dan qiyas baginya tidak merupakan sumber ajaran Islam yang bersifat absolute. Hadits juga tidak semuanya diterimanya karena ada hadits buat-buatan. Hadits dapat ia terima sebagai sumber hanya setelah diadakan penelitian yang seksama tentang keasliannya.
4.Yang menjadi dasar bagi system perkawinan dalam Islam, menurut pendapatnya, adalah system monogamy, dan bukan system poligami sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama’-ulama’ dizaman itu. Poligami adalah pengecualian bagi system monogamy itu. Poligami tidak dianjurkan tetapi dibolehkan dalam kasus-kasus tertentu. Hukum pemotongan tangan bagi pencuri bukan suatu hukum yang wajib dilaksanakan, tetapi hanya merupakan hukum maksimal yang dijatuhkan dalam keadaan tertentu. Disamping hukum potong tangan terdapat hukum penjara bagi pencuri. Perbudakan yang disebut dalam Al Qur’an hanyalah terbatas pada hari-hari pertama dari perjuangan Islam. Sesudah jatuh dan menyerahnya kota Makkah, perbudakan tidak dibolehkan lagi dalam Islam. Tujuan sebenarnya dari do’a ialah merasakan kehadiran Tuhan, dengan lain kata do’a diperlukan untuk urusan spiritual dan ketenteraman jiwa. Faham bahwa tujuan do’a adalah meminta sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan mengabulkan permintaan itu, ia tolak. Kebanyakan do’a, demikian ia menjelaskan, tidak pernah dikabulkan Tuhan.
5.Dalam ide politik, Sayyid Ahmad Khan, berpendapat bahwa ummat Islam merupakan satu ummat yang tidak dapat membentuk suatu Negara dengan ummat Hindu. Ummat Islam harus mempunyai Negara tersendiri,. Bersatu dengan ummat Hindu dalam satu Negara akan membuat minoritas Islam yang rendah kemajuannya, akan lenyap dalam mayoritas ummat Hindu yang lebih tinggi kemajuannya.

Inilah pokok-pokok pemikiran Sayyid Ahmad Khan mengenai pembaharuan dalam Islam. Ide-ide yang dimajukannya banyak persamaannya dengan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir. Kedua pemuka pembaharuan ini sama-sama memberi penghargaan tinggi kepada akal manusia, sama-sama menganut faham Qadariyah, sama-sama percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang taklid, dan sama-sama membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh ummat Islam pada umumnya diwaktu itu.

D.Usaha-usaha yang dicapai oleh Sayyid Ahmad Khan.
Sebagai telah tersebut diatas, jalan bagi ummat Islam India untuk melepaskan diri dari kemunduran dan selanjutnya mencapai kemajuan, ialah memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern Barat. Dan agar yang tersebut akhir ini dapat dicapai sikap mental ummat yang kurang percaya kepada kekuatan akal, kurang percaya pada kebebasan manusia dan kurang percaya pada kebebasan manusia dan kurang percaya pada adanya hukum alam, harus dirubah terlebih dahulu.
Perubahan sikap mental itu ia usahakan melalui tulisan-tulisan dalam bentuk buku dan artikel-artikel dalam bentuk majalah Tahzib Al Akhlaq. Usaha melalui pendidikan juga ia tidak lupakan, bahkan pada akhirnya kedalam lapangan inilah ia curahkan perhatian dan pusatkan usahanya.
Di tahun 1876 ia dirikan sekolah Inggris di Muradabad. Di tahun 1879 ia mendirikan sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarh yang merupakan karyanya yang bersejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan ummat Islam India. Sekolah itu terbuka bukan hanya bagi orang Islam, tetapi juga bagi orang Hindu, Parisi dan Kristen.

E.Munculnya Gerakan Aligarh.
Ide-ide pembaharuan yang dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan selanjutnya oleh murid serta pengikut dan timbullah apa yang dikenal dengan gerakan Aligarh. Pusatnya adalah sekolah MAOC yang didirikan pemimpin pembaharuan Islam India itu di Aligarh. Setelah ditingkatkan menjadi universitas, dengan nama Universitas Islam Aligarh ditahun 1920, perguruan tinggi ini meneruskan tradisi sebagai pusat gerakan pembaharuan Islam India.
Gerakan Aligarh inilah yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya pembaharuan dikalangan ummat Islam India. Tanpa adanya gerakan ini, ide-ide pembaharuan selanjutnya seperti yang dicetuskan oleh Amir Ali, Muhammad Iqbal, Maulana Abdul Kalam Azad, dan sebagainya payah akan dapat timbul. Gerakan inilah pula yang yang meningkatkan ummat Islam India dari masyarakat yang bangkit menuju kemajuan. Pengaruhnya terasa benar digolongan intelegensia Islam India.
Diantara para pemuka yang besar pengaruhnya dalam menyebarluaskan ide-ide pembaharuan Sayyid Ahmad Khan adalah:
1.Altaf Husain Hali (1837-1914).
Seorang pemuka lain yang besar pengaruhnya dalam menyebarluaskan ide-ide pembaharuan Sayyid Ahmad Khan adalah Altaf Husain Al Hilali. Atas permintaan Sayyid Ahmad Khan ia menulis syair tentang peradaban Islam di zaman klasik. Keluarlah di tahun 1879 apa yang terkenal dengan nama Musaddas. Syair itu antara lain juga mengandung ide-ide Aligarh. Terhadap pendidikan wanita ia lebih progressif dari Sayyid Ahmad Khan yang memandang bahwa kaum wanita belum perlu mendapat pendidikan sebagai kaum laki-laki. Dalam soal politik ia juga berpendapat bahwa ummat Islam India merupakan suatu kesatuan tersendiri disamping ummat Hindu. Tetapi ia tidak bersikap anti Hindu.

2.Chiragh Ali.
Ia juga mengarang beberapa buku dalam bahasa Inggris, yang terpenting diantaranya ialah mengenai “pembaharuan yang diperlukan”. Didalamnya ia menjelaskan bahwa Islam, sebagai yang diajarkan Nabi Muhammad, bukanlah statis, tetapi dinamis, dan dapat sesuai dengan perubahan sosial dan politik yang terjadi sepanjang zaman.

3.Salah Al Din Khuda Bakhs.
Ia adalah penulis dari gerakan Aligarh yang mempunyai pengaruh terhadap pembaharuan dikalangan ummat Islam India. Ia juga mengarang beberapa buku diantaranya Essays Indian and Islamic dan Politics in Islam. Al Qur’an, menurut pendapatnya, lebih banyak bersifat buku petunjuk spiritual dengan membawa norma-norma yang harus dipegang dari pada merupakan buku hukum yang mengikat untuk selama-lamanya. Islam tidak menentang kemajuan.

4.Maulvi Nazir Ahmad.
Ia adalah seorang pengarang roman. Karangannya berkisar sekitar soal agama, budi pekerti, dan problema-problema sosial. Sebab kemunduran ummat Islam, dalam pendapatnya, terletak pada ummat Islam sendiri dan bukan datang dari luar. Ummat Islam tidak lagi hidup sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Untuk mencapai kemajuan ummat Islam harus hidup kembali sebagai ummat Islam di zaman klasik.
5.Muhammad Sibli Nu’mani (1857-1914).
Ia sebagai guru bahasa Arab dan Persia di MAOC. Mempelajari filsafat bukanlah haram. Pemikiran modern dalam bentuk moderat dapat diterimanya. Setelah meninggalkan MAOC ia pergi ke Lucknow untuk memimpin perguruan tingi Nadwad Al Ulama’. Pemikiran modern moderat yang dianutnya membawa perobahan pada perguruan tinggi ini. Salah satu dari muridnya yang kemudian menjadi pemimpin pembaharuan diabad kedua puluh ialah Abdul Kalam Azad.

Setelah Sayyid Ahmad Khan menghadapi masa tua, maka pimpinan MAOC digantikan oleh pengikutnya, diantaranya adalah:
1.Sayyid Mahdi Ali, yang dikenal dengan nama Nawab Muhsin Al Mulk (1837-1907).
Nawab Muhsin Al Mulk besar jasanya dalam menyebarkan ide-ide Sayyid Ahmad Khan dan ini dilakukannya melalui Muhammedan Educational Conference. Ialah pula yang dapat membuat golongan ulama’ India merubah sikap keras mereka terhadap Gerakan Aligarh. Dalam soal keagamaan Nawab Muhsin Al Mulk dengan idenya menentang taklid pada ulama’ klasik dan mengadakan ijtihad baru. Tetapi dalam menghadapi ulama’ klasik ia lebih lembut dari pada Sayyid Ahmad Khan. Berlainan dengan Sayyid Ahmad Khan, ia tidak segan-segan memasuki bidang politik, sampai terbentuknya Liga Muslim India di tahun itu juga.

2.Viqar Al Mulk (1841-1917).
Ditahun 1907 ia menggantikan Nawab Muhsin Al Mulk dalam pimpinan MAOC. Sebagai ulama’ ia keras pendirian dan pegangannya terhadap agama. Dimasanyalah kekuasaan besar yang dipegang Inggris Direktur Inggris MAOC berkurang. Dalam pandangan politiknya, ia berpendapat lain yaitu Inggris bukan lagi tempat orang Islam menggantungkan nasib. Sehingga ketergantungan gerakan Aligarh kepada Inggris mulai berkurang.


BAB III
PENUTUP



Sayyid Ahmad Khan sebagai tokoh pembaharuan Islam India memberi penghargaan tinggi pada akal manusia, ia menganut faham Qodariyah, percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan, menentang taqlid, dan membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh ummat Islam pada umumnya di waktu itu.
Ide-ide pembaharuan yang dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan selanjutnya oleh murid serta pengikut dan timbullah apa yang dikenal dengan gerakan Aligarh. Pusatnya adalah sekolah MAOC yang didirikan pemimpin pembaharuan Islam India itu di Aligarh. Setelah ditingkatkan menjadi universitas, dengan nama Universitas Islam Aligarh ditahun 1920, perguruan tinggi ini meneruskan tradisi sebagai pusat gerakan pembaharuan Islam India.

DAFTAR PUSTAKA


Al Bahiy, Muhammad, Dr. 1986. Pemikiran Islam Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Nasution, Harun, Dr, Prof. 1990. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan
Gerakan. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Rais, Amin, M, Dr. 1987. Cakrawala Islam Antara Cita Dan Fakta. Bandung: Mizan.
0 Responses
abcs